Mata Kuliah EBI & Tata Bahasa Indonesia #2, Edisi 1 Desember 2016:
Huruf Kapital
::
Assalaamu’alaykum warohmatullaahi wabarokatuh. Selamat siang, Kopinest.
Minggu kemarin, kita sudah berbincang dengan rekan saya Zahratul
Wahdati mengenai licentia poetica. Seperti yang sudah dijadwalkan,
saya akan lebih fokus mengajak diskusi mengenai ejaan bahasa Indonesia yang
mengambil peran cukup penting dalam karier menulis kita. Seperti kita ketahui
bersama, Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (EYD) telah kembali
disempurnakan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Permendikbud RI) Nomor 50 Tahun 2015 menjadi Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI). Pasti sudah sangat mengenal EYD, bukan? Nah, sekarang
sebutannya menjadi EBI, Ejaan Bahasa Indonesia.
Kopinest, penulis dan ejaan adalah sahabat dekat. Seorang penulis hebat,
sudah tentu tak sekadar melahirkan karya bagi pembaca setia dan penggemar; tak
hanya melakukan riset dan mengumpulkan data untuk memperkaya tulisan. Penulis
yang hebat tak cukup mempelajari cara membangun setting, cara memperdalam
karakter, melatih diri dalam teknik kepenulisan, dan merangkai kalimat-kalimat
indah membentuk sebuah paragraf yang bagus dan benar sekaligus. Walaupun dalam
setiap tulisan yang terbit selalu ada tangan indah sang editor yang siap
membetulkan naskah, penting baginya untuk menggemari dan kemudian memperdalam
ejaan bahasa untuk menaikkan kelasnya di mata dunia. Itulah mengapa kita perlu
mempelajari ejaan bahasa Indonesia. Penulis yang humble dan terus belajar,
tulisan yang hebat, ditambah ejaan yang benar, akan melahirkan karya yang luar
biasa.
Berbeda dengan saat kita membahas ejaan di mata kuliah Reparasi dimana kita
bebas mengobrol tentang ejaan apa saja, pada kelas EBI kita hanya mendiskusikan
materi yang saya bawakan. Nah, untuk materi pertama ejaan bahasa Indonesia kali
ini, saya ingin mengajak diskusi mengenai penerapan pedoman huruf kapital.
Sebagai penulis dan calon penulis, sebenarnya kita sudah sangat mengenal
pedoman penggunaan huruf kapital sejak di sekolah dasar, ya, Kopinest. Artinya,
pengetahuan huruf kapital merupakan pedoman yang sangat mendasar yang
seharusnya bisa kita terapkan dalam aktifitas menulis sehari-hari. Jadi,
walaupun kelak naskah novel kita ditangani oleh seorang editor yang piawai
sekalipun, mendalami ejaan khususnya pedoman huruf kapital adalah keharusan. Sesuai
janji, akan ada sesi latihan kecil berhadiah di tengah-tengah diskusi nanti.
Jadi, kalau nggak ikut diskusi, nggak akan tahu akan berlatih apa nantinya.
Selamat mengenang masa sekolah, ya. ^_*
Nah, apa sajakah pedoman untuk huruf kapital ini?
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk
julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Halim Perdanakusumah
Wage Rudolf Supratman
Jenderal Kancil
Dewa Pedang
Alessandro Volta
André-Marie Ampère
Mujair
Rudolf Diesel
Catatan: (1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang
yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
ikan mujair
mesin diesel
5 ampere
10 volt
(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang
bermakna 'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama
kata tugas. Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
Indani boru Sitanggang
Charles Adriaan van Ophuijsen
Ayam Jantan dari Timur
Mutiara dari Selatan
3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
"Mereka berhasil meraih medali emas," katanya.
"Besok pagi," katanya, "mereka akan berangkat."
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama,
kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan
Misalnya:
Islam
Alquran
Kristen
Alkitab
Hindu
Weda
Allah
Tuhan
Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.
5.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang,
termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Raden Ajeng Kartini
Doktor Mohammad Hatta
Agung Permana, Sarjana Hukum
Irwansyah, Magister Humaniora
5.b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan
yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Selamat datang, Yang Mulia.
Semoga berbahagia, Sultan.
Terima kasih, Kiai.
Selamat pagi, Dokter.
Silakan duduk, Prof.
Mohon izin, Jenderal.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gubernur Papua Barat
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dani
bahasa Bali
Catatan: Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk
dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
dan hari besar atau hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah
tarikh Masehi
bulan Agustus
bulan Maulid
hari Jumat
hari Galungan
hari Lebaran
hari Natal
8.b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah. Misalnya:
Konferensi Asia Afrika
Perang Dunia II
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Catatan: Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama
tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Jakarta
Asia Tenggara
Pulau Miangas
Amerika Serikat
Bukit Barisan
Jawa Barat
Dataran Tinggi
Dieng Danau Toba
Jalan Sulawesi
Gunung Semeru
Ngarai Sianok
Jazirah Arab
Selat Lombok
Lembah Baliem
Sungai Musi
Pegunungan Himalaya
Teluk Benggala
Tanjung Harapan
Terusan Suez
Kecamatan Cicadas
Gang Kelinci
Kelurahan Rawamangun
Catatan: (1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis
dengan huruf kapital. Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di sungai
menyeberangi selat berenang di danau
(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak
ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:
jeruk bali (Citrus maxima)
kacang bogor (Voandzeia subterranea)
nangka belanda (Anona muricata)
petai cina (Leucaena glauca)
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat
dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya: mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula
tebu, gula aren, dan gula anggur.
Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.
Contoh berikut bukan nama jenis.
- Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura.
- Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang.
- Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatra Selatan, tarian Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau
dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta
Pejabat Lainnya
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur
kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta
nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, atau sapaan.
Misalnya:
S.H. = sarjana hukum
S.K.M. = sarjana kesehatan masyarakat
S.S. = sarjana sastra
M.A. = master of arts
M.Hum. = magister humaniora
M.Si. = magister sains
K.H. = kiai haji
Hj. = hajah
Mgr. = monseigneur
Pdt. = pendeta
Dg. = daeng
Dt. = datuk
R.A. = raden ayu
St. = sutan
Tb. = tubagus
Dr. = doktor
Prof. = profesor
Tn. = tuan
Ny. = nyonya
Sdr. = saudara
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau
ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
"Kapan Bapak berangkat?" tanya Hasan. Dendi bertanya, "Itu
apa, Bu?"
"Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
"Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?"
"Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak."
Catatan PUEBI 2015 menambahkan penjelasan penulisan kata atau ungkapan lain
yang digunakan sebagai penyapaan ditulis dengan huruf kapital, misalnya Kutu
Buku.
Catatan: (1) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau
pengacuan. Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
(2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
============================================================
Mari berdiskusi, boleh bertanya, dan boleh menjawab. Diskusi bukan berarti
menunggu saya menjawab atau memberi contoh karena sangat boleh mengoreksi saya
jika memang salah.
Salam,
Zahra A. Harris a.n. Rektor, Dosen, & seluruh admin KOPI
Comments