Seberapa sering sih kita bersalaman dalam satu hari saja? sekali, enam kali, tujuh kali, atau
dua puluh kali? Atau bahkan jarang sekali bersalaman ? (Kebangetan).
Ngomong- ngomong
dengan pertanyaan pembuka diatas, saya ingin membahas sebuah topik yang
diharapkan bisa membawa manfaat bagi para pembaca Ndoprok yang budiman tentang
‘Salaman’. Kata yang sangat fenomenal
tur memiliki dampak yang sangat bagus
bagi para pembaca, lumayan gurih untuk dibahas karena sebentar lagi umat
Islam seantero jagat raya akan melakukan tradisi satu ini setelah Ramadhan
berakhir, yakni ber’salaman’ di Hari
Raya Idul Fitri.
Kita sebagai masyarakat Indonesia Raya sangatlah familiar dengan
tradisi ini. Mulai dari tua, muda, laki-laki, perempuan, pasti sudah sangat
mafhum dengan tradisi ini. Tak ubahnya memasukkan kancing baju ke lobang tanpa
harus berpikir lagi untuk memasukkannya, setiap dari kita, saat baru jumpa orang ataupun hendak pergi, selalu otomatis
bersalaman tanpa harus berpikir panjang dulu.
Tetapi, Barangkali para pembaca banyak yang gak tau lebih
dalam tetang kasiat ber’salaman’ yang
bisa membawa keharmonisan didalam keluarga. Hal ini berdasarkan Ilmu Titen, yang dianut oleh saya
sendiri, yang bilamana sering membudayakan bersalaman dengan orang terdekat kita seperti bapak, ibu, adik, atau
kakak , rasa negatif yang kita pendam dalam sanubari yang paling dalam akan perlahan sirna setelah bersalaman. Betul apa betul jamaah? betuulll.
Perasaan yang awalnya canggung, kaku dan wagu akan lebih mudah mencair dan meleleh seketika setelah kita bersalaman. Tradisi Ini terbukti dan banyak yang merasakan bagaimana damainya perasaan kita setelah bersalaman.
Perasaan yang awalnya canggung, kaku dan wagu akan lebih mudah mencair dan meleleh seketika setelah kita bersalaman. Tradisi Ini terbukti dan banyak yang merasakan bagaimana damainya perasaan kita setelah bersalaman.
Ada nasihat dari seorang teman PPL yang beberapa masa
yang silam bilang “ciptakanlah keharmonisasian dalam suatu keluarga dengan hal
yang kecil saja, misalnya ber’salaman’.
Walaupun itu remeh temeh tapi dengan ‘salaman’
ketentraman dalam suatu keluarga akan lebih merasuk. Karena ibarat energi, ber’salaman’ itu kita seolah menyalurkan
energi yang positif ke orang lain. Sifat benci, males, neg, akan lebih
berkurang daripada sebelum bersalaman”.
Nasihat yang keluar dari dua bibirnya ini, saya langsung dengan sepontan
berucap “sepakat” karena bersalaman berarti kita membawa menebarkan kedamaina
bagi orang lain.
Sebernya masih banyak lagi manfaat ber’salaman’ yang belum kita ketahui. Terlepas dari itu, kita harus patut berberbangga karena kita
dibesarkan di Indonesia yang sangat menjungjung tinggi nilai kesopanan dan
kesantunan. Dan juga kita telah diajarkan bersalaman mulai sejak dini oleh
keluarga kita. Maka dari itu ciptakan tradisi bersalaman sedini mungkin dan sesering mungkin.
Comments