Sendu Dikala Hujan

Hanya mendung dan tetesan hujan belum juga kunjung menghujam ke bumi. Aku sedang menikmatinya. Ya aku betul-betul menikmatinya  Walaupun aku berada di keramaian kota ini, aku terasing dan kegelisahan hari ini juga tak mampu ku adu, aku masih menikmatinya. Juga, sama sekali tak ada niatan melahapkan pergulatan hati yang memburuk dengan mendung di kota ini.

Entah kenapa rasa-rasanya aku tak lagi mampu berpikiran lebih jernih dan seolah terhenti sensor ditiap saraf otakku. Buktinya, semilir angin yang meniup dan menghembus disekujur tubuh pun tak lagi terasa semilirnya. Bahkan gesekan rasionalitasku semakin terasa bising ditelinga. Sujujurnya, Aku ingin 'alpha' dan tak ingin terlucahi oleh suasana yang aneh ini.

Jika boleh, ingin sekali keegoisan dalam kerancuan ini menyeruak keluar. Mengikis sedikit atau banyak rasionalitasku sendiri. Hal ini untuk membuktikan bahwa aku tak seperti itu.

Hujan tak kunjung meneteskan bulirnya. Jikapun datang, aku ingin sekali menangis tanpa orang mengetahuinya. Aku ingin cengeng dan bersendu ria ditiap rinainya. Menangis dalam hujatan riuh petir yang menggelegar agar tersamar dengan bahasa kejantanannya.
Aku ingin lupa bahwa esok akan ada hari buruk lagi. Hari yang menggagahkan diri kepadaku bahwa esok aku akan bahagia. Mungkinkah begitu? Rasanya aku ingin menangis lagi. "Itu tak akan mungkin", gumamku.

Hujan yang penuh rahmat, maafkan aku jika aku sering menghianati keadaanku kini. Kucuran airmu tumpahkan dan basahkan ke sekujur tubuh yang ringkih ini. Aku benar-benar tak kuasa menahan api kemarahan dalam hati ini. Aku salah, aku sangat jujur itu! Bolehkah aku kau buai lagi agar aku berhenti mencela rasionalitasku yang sudah bobrok ini? Apakah aku boleh menggantungkan lagi tanganku seraya menengadah ke haribaanmu ditiap malamku?
Maaf hujan. 

Aku percaya, sendu ini hanya sementara. Obat yang seharusnya kutelan tanpa perantara pisang yang lembut untuk bisa melewati kerongkongan yang dalam ini, perlu sekali kutahan. Entah sampai kapan, karna itu aku masih terpenjara dengan kepastian rasionalitasku.

Comments