Cerpen 2020


 Wisudawati
Oleh: Chandra W. Hartato


kitaberakal.blogspot.com



Andin tidak menyangka bahwa ia menyandang predikat lulusan terbaik di kampusnya. Karena mendengar kabar baik itu, keluarganya antusias membantu persiapan acara wisuda. Bahkan, kakaknya yang bekerja di Kalimantan rela pulang ke Malang demi melihat hari istimewanya. Tak hanya itu saja, ibu dan kedua tantenya pun juga ikut membelikan beberapa make up dan baju khusus untuk acara besok.
Suasana rumah yang biasanya sepi, kini menjadi lebih ramai dengan kehadiran mereka. Tentu saja Andin sangat gembira dengan kedatangan mereka. Namun, ia merasa ada yang belum  lengkap ditengah-tengah keramaian suasana malam ini. Yah, ia ingin seseorang yang sudah lama ia rindukan itu hadir dalam acara wisudanya besok.
“Bu, Andin boleh minta hadiah nggak?” Tanya Andin pada ibunya.
“Lho ya boleh toh, ini kan acara spesialmu.”Jawab Ibu.
“Tolong ajak ayah ke acara wisuda besok ya, Bu!” Pinta Andin pada ibunya dengan wajah memelas.
             Setelah mendengar permintaan anaknya, ekpresi wanita itu berubah menjadi sedih. Ia berusaha memendam luka lama yang sudah diperbuat oleh mantan suaminya itu. Baginya, luka itu tak bisa hilang layaknya paku yang sudah menancap pada sebuah dinding. Jika paku itu dicabut, bekas lubang pada dinding tak akan pernah bisa hilang. Begitu pula dengan luka yang masih membekas di ingatan wanita itu. Ia benar-benar tidak ingin melihat sosok lelaki itu lagi.
            “Boleh, tapi dengan satu syarat, Nak.” Kata Ibu.
            “Alhamdulillah, tapi apa syaratnya, Bu?” Tanya Andin dengan rasa penasaran.
            “Kalau ayahmu datang ke acara wisudamu, Ibu akan pulang karena Ibu tidak ingin bertemu ayahmu lagi.”ujar wanita itu dengan tegas.
            “Nggak mau, Andin ingin foto bersama keluarga lengkap seperti dulu.” Ia berusaha menolak persyaratan ibunya.
            “Ibu tetap nggak bisa, kalau kamu ingin ayahmu datang, ibu harus pulang.” Bentak Ibu pada Andin.
             Tak lama kemudian Andin duduk di kursi mini yang terletak disamping lemari buku. Ia sengaja menyendiri di salah satu sudut ruangan. Kedua mata Andin berkaca-kaca seraya memandangi foto ayahnya yang masih ada di dekat lemari itu. Di sudut ruangan inilah, biasanya Andin dan ayahnya belajar bersama bahkan berbincang-bincang. Lemari buku tersebut adalah benda milik ayahnya yang masih ada. Andin sengaja menolak ayahnya untuk membawa lemari itu agar kenangan ayahnya masih tetap ada di dalam rumahnya.
***
            Salah satu perguruan tinggi swasta di Malang ini baru saja mengembangkan gedung kampusnya. Seiring dengan perkembangan zaman, kampus ini juga menambah beberapa gedung fakultas baru. Siapa sangka kampus yang dulunya dipandang sebelah mata kini menjadi kampus ternama yang tidak kalah dengan kampus lainnya. Dengan perkembangan infrastruktur pembangunan yang pesat ini, kampus ini juga baru mendirikan dome yang terletak di belakang gedung fakultas kedokteran.
Pada pelepasan wisuda tahun ini, Andin bisa merasakan fasilitas gedung dome yang baru saja dibangun. Andin bersyukur bisa merasakan betapa megahnya acara wisuda yang diadakan di tempat itu. Banyak teman Andin yang merasa puas dengan tampilan gedung baru tersebut mulai dari ruangan, panggung dan  juga desain interior yang menghiasi dinding-dindingnya. Karena alasan itulah, mereka menyibukkan diri dengan berfoto bersama dan selfie di beberapa sudut tempat gedung. Andin dan teman-temannya juga tak lupa membagikan momen-momen spesial mereka di status sosial media masing-masing.
 “Alhamdulillah, Ibu sendiri merasa bangga melihat dirimu menjadi lulusan terbaik tahun ini, Nak.” Puji Ibu seraya memeluk anaknya. Andin bisa merasakan betapa bahagia perasaan ibunya. Tidak sia-sia selama ini ibunya banting tulang seorang diri demi mencukupi kebutuhan pendidikan Andin. Tak lama kemudian wanita berhijab itu memasangkan selempang yang bertuliskan “Lulusan Terbaik” pada toga wisuda yang Andin kenakan.
“Selamat ya Dek, nggak nyangka kamu bisa lulus dengan predikat cumlaude.” Ucap Dito selaku kakak kandung Andin. Kedatangan Dito secara tiba-tiba itu membuat Andin terkejut karena ia berpikir bahwa kakaknya datang terlambat. Kehadiran Dito menggantikan posisi ayah Andin karena undangan wisuda berlaku untuk kedua orangtuanya.
 “Kak, apa sudah dapat kabar dari ayah?” Tanya Andin pada Dito.
 “Belum, WhatsApp centang satu, nomornya juga susah dihubungi.” Jawab Dito.
 “Sudahlah, Nak. Ayahmu mungkin sibuk, kamu harus sabar. Kakak dan Ibu pasti akan terus bersamamu.”Ujar Ibu pada Andin.
Andin berpikir bahwa ayahnya tidak mungkin melupakan janjinya. Ia yakin ayahnya akan datang karena ayahnya sudah berjanji akan melihat pengukuhan wisudanya. Tapi, sampai detik ini pun ia tidak mendapat kabar apa-apa dari ayahnya, bahkan tak ada tanda balasan dari ayah melalui pesan Facebook, Whatsapp atau panggilan telepon.
“Mungkin benar, ayah tidak bisa dipercaya seperti yang ia lakukan pada ibu dulu.”Gumam Andin pada dirinya sendiri.
“Penyerahan penghargaan lulusan terbaik kepada Andina Yuli Herawati putri dari Bapak  Hermawan. “Suara pembawa acara memanggil nama Andin. Riuh suara tepuk tangan menyambut langkah Andin menuju panggung acara. Saat nama ayahnya disebut, Andin berusaha menahan air matanya yang sudah tidak terbendung lagi. Ketika pembawa acara meminta sambutan kecil darinya, Andin hanya bisa mengucapkan beberapa kalimat saja dan menutup sambutannya dengan doa agar ayahnya bisa melihat kebahagiannya walaupun dari jarak jauh sekalipun.
***
            Suhu Kota Malang menjadi lebih panas seiring meningkatnya jumlah pengendara lalu lintas pada jalur-jalur tertentu. Salah satunya di wilayah Dinoyo yang menjadi jalur penghubung utama menuju Kota Batu. Parahnya, jika  acara wisuda berlangsung di beberapa perguruan tinggi, kemacetan selalu terjadi di wilayah ini. Hal ini dikarenakan beberapa kampus negeri dan swasta juga berdiri di wilayah Dinoyo dan sekitarnya. Tak heran jika Dinoyo menjadi salah satu kota termacet di Kota Malang.
            Dalam perjalanan pulang, Andin tak bisa melawan rasa kantuknya karena selama persiapan wisuda ia tidak istirahat selama satu malam. Namun, suara pesan melalui Whatsapp membuyarkan tidurnya. Ia membuka pesan tersebut dan betapa terkejutnya saat ia melihat pesan dari ayahnya.
Kedua mata Andin semakin terbuka lebar ketika melihat foto-foto yang ia terima. Di foto itu memperlihatkan ayahnya sedang berdiri di depan gedung acara wisuda sambil membawa kertas gambar ukuran A3 dengan tulisan Selamat buat putriku, Andina. Perjuanganmu tidak sampai disini. Semoga kau menjadi orang yang sukses. Ayah selalu menyayangimu. Ia sangat senang saat melihat ekspresi ayahnya tersenyum bangga di foto itu. Andina tersenyum bersamaan dengan air matanya yang mulai menetes.  (Malang, 18-02-2020)
           

Comments