Oleh: Chandra W. Hartato
![]() |
kitaberakal.blogspot.com |
Andin tidak menyangka bahwa ia
menyandang predikat lulusan terbaik di kampusnya. Karena mendengar kabar baik
itu, keluarganya antusias membantu persiapan acara wisuda. Bahkan, kakaknya
yang bekerja di Kalimantan rela pulang ke Malang demi melihat hari istimewanya.
Tak hanya itu saja, ibu dan kedua tantenya pun juga ikut membelikan beberapa
make up dan baju khusus untuk acara besok.
Suasana rumah yang biasanya sepi, kini
menjadi lebih ramai dengan kehadiran mereka. Tentu saja Andin sangat gembira
dengan kedatangan mereka. Namun, ia merasa ada yang belum lengkap ditengah-tengah keramaian suasana
malam ini. Yah, ia ingin seseorang yang sudah lama ia rindukan itu hadir dalam
acara wisudanya besok.
“Bu, Andin boleh minta hadiah nggak?”
Tanya Andin pada ibunya.
“Lho ya boleh toh, ini kan acara
spesialmu.”Jawab Ibu.
“Tolong ajak ayah ke acara wisuda besok
ya, Bu!” Pinta Andin pada ibunya dengan wajah memelas.
Setelah mendengar permintaan anaknya, ekpresi
wanita itu berubah menjadi sedih. Ia berusaha memendam luka lama yang sudah
diperbuat oleh mantan suaminya itu. Baginya, luka itu tak bisa hilang layaknya
paku yang sudah menancap pada sebuah dinding. Jika paku itu dicabut, bekas
lubang pada dinding tak akan pernah bisa hilang. Begitu pula dengan luka yang
masih membekas di ingatan wanita itu. Ia benar-benar tidak ingin melihat sosok
lelaki itu lagi.
“Boleh, tapi dengan satu syarat, Nak.”
Kata Ibu.
“Alhamdulillah, tapi apa syaratnya,
Bu?” Tanya Andin dengan rasa penasaran.
“Kalau ayahmu datang ke acara
wisudamu, Ibu akan pulang karena Ibu tidak ingin bertemu ayahmu lagi.”ujar
wanita itu dengan tegas.
“Nggak mau, Andin ingin foto bersama
keluarga lengkap seperti dulu.” Ia berusaha menolak persyaratan ibunya.
“Ibu tetap nggak bisa, kalau kamu
ingin ayahmu datang, ibu harus pulang.” Bentak Ibu pada Andin.
Tak lama kemudian Andin duduk di kursi mini
yang terletak disamping lemari buku. Ia sengaja menyendiri di salah satu sudut
ruangan. Kedua mata Andin berkaca-kaca seraya memandangi foto ayahnya yang
masih ada di dekat lemari itu. Di sudut ruangan inilah, biasanya Andin dan
ayahnya belajar bersama bahkan berbincang-bincang. Lemari buku tersebut adalah
benda milik ayahnya yang masih ada. Andin sengaja menolak ayahnya untuk membawa
lemari itu agar kenangan ayahnya masih tetap ada di dalam rumahnya.
***
Salah satu perguruan tinggi swasta
di Malang ini baru saja mengembangkan gedung kampusnya. Seiring dengan
perkembangan zaman, kampus ini juga menambah beberapa gedung fakultas baru.
Siapa sangka kampus yang dulunya dipandang sebelah mata kini menjadi kampus
ternama yang tidak kalah dengan kampus lainnya. Dengan perkembangan
infrastruktur pembangunan yang pesat ini, kampus ini juga baru mendirikan dome
yang terletak di belakang gedung fakultas kedokteran.
Pada pelepasan wisuda tahun ini, Andin
bisa merasakan fasilitas gedung dome yang baru saja dibangun. Andin bersyukur
bisa merasakan betapa megahnya acara wisuda yang diadakan di tempat itu. Banyak
teman Andin yang merasa puas dengan tampilan gedung baru tersebut mulai dari ruangan,
panggung dan juga desain interior yang
menghiasi dinding-dindingnya. Karena alasan itulah, mereka menyibukkan diri
dengan berfoto bersama dan selfie di beberapa sudut tempat gedung. Andin
dan teman-temannya juga tak lupa membagikan momen-momen spesial mereka di
status sosial media masing-masing.
“Alhamdulillah,
Ibu sendiri merasa bangga melihat dirimu menjadi lulusan terbaik tahun ini,
Nak.” Puji Ibu seraya memeluk anaknya. Andin bisa merasakan betapa bahagia
perasaan ibunya. Tidak sia-sia selama ini ibunya banting tulang seorang diri
demi mencukupi kebutuhan pendidikan Andin. Tak lama kemudian wanita berhijab
itu memasangkan selempang yang bertuliskan “Lulusan Terbaik” pada toga wisuda
yang Andin kenakan.
“Selamat ya Dek, nggak nyangka kamu bisa
lulus dengan predikat cumlaude.” Ucap Dito selaku kakak kandung Andin.
Kedatangan Dito secara tiba-tiba itu membuat Andin terkejut karena ia berpikir
bahwa kakaknya datang terlambat. Kehadiran Dito menggantikan posisi ayah Andin
karena undangan wisuda berlaku untuk kedua orangtuanya.
“Kak,
apa sudah dapat kabar dari ayah?” Tanya Andin pada Dito.
“Belum,
WhatsApp centang satu, nomornya juga susah dihubungi.” Jawab Dito.
“Sudahlah,
Nak. Ayahmu mungkin sibuk, kamu harus sabar. Kakak dan Ibu pasti akan terus
bersamamu.”Ujar Ibu pada Andin.
Andin berpikir bahwa ayahnya tidak
mungkin melupakan janjinya. Ia yakin ayahnya akan datang karena ayahnya sudah
berjanji akan melihat pengukuhan wisudanya. Tapi, sampai detik ini pun ia tidak
mendapat kabar apa-apa dari ayahnya, bahkan tak ada tanda balasan dari ayah
melalui pesan Facebook, Whatsapp atau panggilan telepon.
“Mungkin benar, ayah tidak bisa
dipercaya seperti yang ia lakukan pada ibu dulu.”Gumam Andin pada dirinya
sendiri.
“Penyerahan penghargaan lulusan terbaik
kepada Andina Yuli Herawati putri dari Bapak Hermawan. “Suara pembawa acara memanggil
nama Andin. Riuh suara tepuk tangan menyambut langkah Andin menuju panggung
acara. Saat nama ayahnya disebut, Andin berusaha menahan air matanya yang sudah
tidak terbendung lagi. Ketika pembawa acara meminta sambutan kecil darinya,
Andin hanya bisa mengucapkan beberapa kalimat saja dan menutup sambutannya
dengan doa agar ayahnya bisa melihat kebahagiannya walaupun dari jarak jauh
sekalipun.
***
Suhu Kota Malang menjadi lebih panas
seiring meningkatnya jumlah pengendara lalu lintas pada jalur-jalur tertentu.
Salah satunya di wilayah Dinoyo yang menjadi jalur penghubung utama menuju Kota
Batu. Parahnya, jika acara wisuda
berlangsung di beberapa perguruan tinggi, kemacetan selalu terjadi di wilayah
ini. Hal ini dikarenakan beberapa kampus negeri dan swasta juga berdiri di
wilayah Dinoyo dan sekitarnya. Tak heran jika Dinoyo menjadi salah satu kota
termacet di Kota Malang.
Dalam perjalanan pulang, Andin tak
bisa melawan rasa kantuknya karena selama persiapan wisuda ia tidak istirahat
selama satu malam. Namun, suara pesan melalui Whatsapp membuyarkan
tidurnya. Ia membuka pesan tersebut dan betapa terkejutnya saat ia melihat
pesan dari ayahnya.
Kedua mata Andin semakin terbuka lebar
ketika melihat foto-foto yang ia terima. Di foto itu memperlihatkan ayahnya
sedang berdiri di depan gedung acara wisuda sambil membawa kertas gambar ukuran
A3 dengan tulisan Selamat buat putriku, Andina. Perjuanganmu tidak sampai
disini. Semoga kau menjadi orang yang sukses. Ayah selalu menyayangimu. Ia
sangat senang saat melihat ekspresi ayahnya tersenyum bangga di foto itu. Andina
tersenyum bersamaan dengan air matanya yang mulai menetes. (Malang, 18-02-2020)
Comments